Read Zone - Dalam hitungan bulan, Indonesia akan menghadapi pasar bebas ASEAN atau biasa disebut Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Awal 2015 mendatang, negara ASEAN bisa bebas memasukkan barang maupun jasa untuk diperjualbelikan.
Head of Trade Global, Trade and Receivables Finance HSBC Nirmala Sari mengakui Indonesia masih lemah dalam sektor jasa. Tenaga kerja asal Indonesia dinilai masih belum terbiasa dan mampu berbahasa Inggris dengan baik. Hal ini berbeda dengan tenaga kerja asal Malaysia dan Singapura.
"Kalau kita, yang tidak siap itu pekerjanya, terutama soal bahasa Inggris. Itu kalahnya akan di-overdrive oleh Malaysia dan Singapura. Meski taruhlah 70 persen pekerja di Jakarta sudah siap, tetapi di wilayah lain? Di kita, tidak semua bisa berbahasa Inggris dengan bagus untuk negosiasi," ucap Nirmala di Jakarta, Kamis (25/9).
Menurut Nirmala, jika kondisi ini tidak diperbaiki, maka tenaga kerja lokal tetap tidak akan dapat pekerjaan meski investasi banyak masuk ke Indonesia. Indonesia ditakutkan justru harus bergantung pada impor untuk tenaga kerja.
"Permintaan dalam negeri memang selalu naik dan middle class kita banyak yang melirik. Jangan nanti akhinya mereka akan impor tenaga kerja lagi. Dan pemerintah juga tidak bisa menyetop impor ekspatriat," tambahnya.
Namun demikian, Indonesia diakui sebenarnya mampu mengambil keuntungan secara maksimal dari dibukanya perdagangan bebas antar negara ASEAN ini. Syaratnya adalah persiapan yang matang dari industri di dalam negeri.
"Perlu dipikirkan bagaimana kita bisa mengambil benefit dari FTA (Free Trade Agreement). Pemerintah menandatangai FTA ini untuk menggenjot ekspor tetapi belum disosialisasikan dengan baik, terutama ke pengusaha. Padahal pengusaha butuh persiapan untuk hadapi FTA ini," tutupnya.
0 comments:
Post a Comment